.

11/10/10 PRIBADI DARI KACAMATA PAK HAMKA....update 29/11

Posted By: Abdullah Chek Sahamat - October 25, 2010

Share

& Comment

(Cobak bapak-ibu perhatikan. Cecak-cicak ngak berdiri sombong, dia merayap senyap. Tetap merendah diri. Cecak bersahabat, ngak bermusuh. Masing-masing punya lingkungan (sekitaran) mencari hidup tersendiri. Dia tahu batas haknya. Dia tahu, jika dia tarung-gaduh, yang jatuh bukan seekor tetapi keduanya dan pasti satu atau keduanya diganyang kucing! Mampus-modar! Maka, orang Batak mengambil cecak sebagai lambang bangsanya! Batak sentiasa mahu bersahabat! Pak Halim, Danau Toba)

Saya ingin membawa pembaca kepada sebuah karya Pak Hamka, sebuah buku kecil berjudul PRIBADI yang mulai diterbitkan dalam tahun 1950 sehingga diulang cetak sebanyak VI Jilid pada 1960. Naskah yang saya miliki adalah cetakan pada tahun 1962, terbitan Bulan Bintang Djakarta yang saya beli di Kios Buku Lama (Langka) di Taman Mini Indonesia, Jakarta dalam jalanan panjang saya pada Julai tahun 2009. Buku ini sudah lusuh, dan saya khuatir akan mudah rosak dan terbuang. Saya akan mengambil sedikit masa untuk menulis semula buku ini dalam ejaan asalnya, agar bukan hanya untuk kita bangsa Melayu ingat akan asal usul bahasa kita, namun yang lebih penting agar kita tetap mengingat manusia Pak Hamka, manusia Melayu yang telah mendahului zamannya dalam asahan mata penanya. Mudah-mudahan dengan arus kesedaran bangsa yang sedang diasak Mahathir-Najib-Rais sekarang ini, kita akan kembali kuat-perkasa. Ikutilah kupasan Pak Hamka tentang PRIBADI, penomboran perengan tulisan beliau adalah atas niat saya untuk memudahkan pembaca untuk mengikutinya.


PENGENALAN:
Kerap kali kita membitjarakan orang jang kita tjintai atau kita hormati, jang telah lama bertjerai dengan kita. Kita ingat segala kebaikanja dan tidak pula kurang kita membitjarakan kelemahannya.

(2) Perangainja halus, hatija sutji, sikapnja djudjur, perkataanja teratur dan budinja mulia. Kelakuanja baik, mukanya djernih, sebab dia memandang hidup dengan penuh pengharapan dan tidak pernah putus asa. Apa jang dijakininja, itulah dikatakanja dan apa jang dikatakanja itulah jang dijakininja.

(3) Maka kita ambil kesimpulan, bahwa dia "seorang budiman".

(4) Dia tjerdas, akalnya tadjam, buah fikiranja baik, dan iapun tjepat mengambil kesimpulan; terang otaknja luas pandanganja dan djauh tiliknja.

(5) Maka kita katakan bahwa ia "tjerdas"

(6) Dia suka bergaul, suka menolong, tidak menjisih dari masjarakat, tidak memikirkan kepentingan dirinja sendiri atau keluarganja sadja, tidak gila pangkat; mengerti akan kedudukan orang lain dan merasa dirinya turut dalam kedudukan itu. Hormat kepada jang tua, kasih kepada jang muda, pandai bergaul pandai berkawan.

(7) Maka kita gelarilah dia dengan gelaran "orang masjarakat".

(8) Badannja sehat, mukanja berseri-seri karena kesehatan tubuh dan kesehatan djiwanja. Pakaianjapun bersih karena kebersihan hatinja. Dia gemar akan olah-raga untuk kesehatan tubuh dan dia suka musik untuk kesihatan batin.

(9) Kita namai dia "orang sehat"

(10) Fahamnja luas penjelidikanja dalam, batjaannja banjak. Sebab itu banjaklah jang diketahuinja, sehingga dia tidak merasa tjanggung dalam pergaulan dengan segala lapisan. Oleh karena ada pengetahuannja dalam sesuatu hal, maka dia berani bertanggung-djawab.

(11) Maka kita namai dia orang "tjerdik-pandai"

(12) Semuanja itu, jaitu budi, akal, pergaulan, kesehatan dan pengetahuan, berkumpul menjadi satu; pada suatu orang. Kumpulan itulah jang membentuk suatu "pribadi".

(12) Lemah atau kuat, berlebih atau berkurang dari segala jang tersebut itu menjebabkan lemah atau kuat, lebih atau kurangnja pribadi. Dialah yang menentukan mutu seseorang.

(Nota: Dalam kata pengantarnya, Pak Hamka ada meletakkan sedikit kata pelapik-caveat, bahawa tafsiran beliau tentang ruang lingkup pribadi ini tidak harus dibatasi masa. Dengan perubahan masa, unsur-unsur pribadi boleh saja terus dikembangkan)

HARGA SESEORANG IALAH PRIBADINYA:
Dua puluh ekor kerbau pedati, jang sama gemuknja dan sama kuatnya, sama pula kepandaianja menghela pedati, tentu harganjapun tidak pula berlebih kurang. Tetapi 20 orang manusia jang sama tingginja, sama kuatnja, belum tentu sama "hargnja". Sebab bagi kerbau tubuhnja jang berharga. Bagi manusia pribadinja.

(2) Berilmu sadja, walaupun bagaimana ahlinja dalam suatu djurusan, belum tentu berharga, belum tentu beroleh kedjajaan dalam hidup, kalau sekiranja bahan pribadi jang lain tidak lengkap atau tidak kuat, terutama budi dan achlak!

(3) Banjak guru, dokter, hakim, insinjur; banjak orang jang bukunja satu gudang dan diplomanja segulung besar, tiba dalam masjarakat mendjadi 'mati", sebab dia bukan orang masjarakat. Hidupnja hanja mementingkan dirinja, diplomanja hanja untuk mentjari harta, hatinja sudah seperti batu, tidak mempunjai tjita-tjita, lain dari pada kesenangan dirinja. Pribadinja tidak kuat. Dia bergerak bukan karena dorongan djiwa dan akal. Kepandaiannja jang banjak itu kerap kali menimbulkan takutnja. Bukan menimbulkan keberaniannja memasuki lapangan hidup.

(4) Djangan disangka bahwa pribadi jang besar dan kuat itu hanja semata-mata memakai sifat jang terpudji sadja. Tidak! Bahkan kebaikannja, bertambah besar pribadi seseorang bertambah djelas dimana letak kelemahannja, bertambah nampak dimana kekurangannja. Orang Arab berkata:...Iza tamman sjai-un bada naqshuhu"; artinya: Bila sesuatu telah sempurna, djelaslah dimana kurangnja.

(5) Hal itu penting sangat. Kalau kita berkawan atau bersahabat dengan orang, harus kita ketahui bahwa sebagai manusia, dia harus mempunjai suatu segi jang lemah dalam pribadinja. Hanja orang jang bodoh jang dipenuhi perasaan semata, sentiment, bila ia sajang, ia lupa akan segala kesalahan. Dan bila ianja bentji iapun lupa akan segala kebadjikan.

ARTI PRIBADI:
Bukan pula hal jang mudah mengupas arti pribadi serta menundjukkan bekasnja. Ia termasuk perkara gaib jang hanja dapat ditundjukkan bekasnya, tetapi tidak dapat diraba barangnja. Tidak berapa bedanja dengan listrik, aether dan radio. Pribadi seseorang hanja dapat diketahui setelah melihat perdjalanan hidupnja dan bekas usahanja.

(2) Sudah ringkas namanja, kalau katakan bahwanja pribadi itu:

(i) Kumpulan sifat2 dan kelebihan diri, jang menundjukkan kelebihan seseorang dari pada orang lain. sehingga ada manusia besar dan manusia ketjil. Ada manusia jang sangat berarti hidupnja dan ada jang tidak berarti sama sekali. Masunja tidak menggenapkan dan keluarnja tidak menggandjilkan.

(ii) Kumpulan sifat akal-budi, kemauan, tjita-tjita dan bentuk tubuh. Hal itu menjebabkan harga kemanusiaan seseorang berdeda dari jang lain.

(iii) Tinggi rendah pribadi seorang adalah karena bekas usaha hidupnya, tjacanja berfikir, tepanja berhitung, djauhnya memandang dan kuatnja semangat diri sendiri.

(3) Meneropong suatu pribadi tidak boleh terpengaruh oleh rasa sajang dan rasa bentji. Kerap kali terjadi, baru sadja kita bertemu dengan seseorang, terus lekat sajang kita kepadanja. Atau kebalikannja. Padahal belum patut ada hubungan sajang dan bentji dalam perkara itu. Memang kadang2 kita sajang kepadanja kerana ichlasnja, mulia hatinja, setia, berani. Kita bentji karena dia tjurang, tidak mengenal kedjudjuran dan kedjudjurannjapun tidak pula pernah berkenalan dengan dia; bachil, benalu, penohok kawan seiring, pengunting dalam lipatan. Tetapi tidak pula kurang kita menjajangi seseorang, karena orang itu mau kita perkuda untuk kepentingan kita sendiri. Atau kita bentji bukan karena dia bersalah, hanja karena kita sendiri seorang pendengki.

(4) Amat perlulah kita mempelajari pribadi manusi. Tetapi lebih penting lagi sebagai kata Socrates jang terkenal: "...Kenallah siapa dirimu, kenallah pribadimu sendiri!"

(5) Tetapi haruslah kita insaf pula, bahwasnja mengenal diri sendiri, seribu kali lebih sukar dari pada keinginan hendak mengetahui pribadi orang lain.

(6) Nabi Muhammad s.a.w bersabda:"Berbahagialah orang jang mementyingkan menjelidiki tjela diriinja sendiri, dan tidak hanja menjelidiki ketjelaan orang lain"

(7) "Djelaskanlah siapa engaku, dan tentukanlah maksud udjudmu", kata Fichte

(8) Apakah bentuk suatu pribadi dibawa lahir, atau dapatkah diusahakan?

(9) Sudah terang bahwa bentuk kehidupoan manusia telah ada sejak dalam rahim ibu. Dahulu hal itu masih diragukan, dan dipandang suatu dongeng sadja. Tetapi menurut majalah “Women” bahwa dalam universitas Antiche di Ohio (Amerika) perkumpulan dokter2 jang menjelidiki orang hamil telah mendapat beberapa bukti, bahwasanja kegembiraan atau kesedihan seorang ibu jang tengah mengandung, berpengaruh djuga kepada berat atau ringannja timbangan baji itu setelah dia dilahirkan. Pendjagaan kesehatan ibu jang serapi-rapinja dan pendjagaan atas perasaannja waktu mengandung itu, bukan sedikit mempengaruhi persediaan perkembangan pribadi kandungan itu kelak. Dan setelah anak itu lahir kedunia, didunia telah menunggu pula lingkungan tempat dia diasuh dan dibesarkan. Setelah besar sedikit lagi menunggu pula pergaulannja jang lebih luas, iaitu masjarakatnja.

(10) Setelah itu amat penting pulalah pendidikan disekolah.

(11) Kalau sekiranja suatu masjarakat telah merdeka berdemokrasi, berbudi tinggi, sangguplah masjarakat itu menimbulkan pribadi jang kuat.

PRIBADI TIDAK BERKEMBANG KERANA BEBERAPA TEKANAN
Kekerasan didikan orang tua merampas kemerdekaan anknja, kurang tanggungjawabnja guru jang mengadjar, adat dalam masjarakat jang kolot dan bodoh, jang belum pandai menghargai pertumbuhan seseorang, dan diatas itu ada lagi pendjadjahan bangsa atas bangsa, semuanja itu dan beberapa sebab jang lain menghalangi tumbuhnja pribadi.
Sjukurlah kita tidak terjadjah lagi. Satu penjakit jang djadi pangkal dari berpuluh beratus penjakit jang lain telah terhindar. Tetapi sisa pendjajahan djiwa masih melekat dan sukar mengikisnja. Misalnja, dua perkara jang besar, pertama kebelanda-belandaan, kedua pergaulan kolot. Itupun mempengaruhi bahagian jang terbesar dari masjarakat. Bagaimanakah seorang ajah atau seorang guru akan tjepat melepaskan diri dari ikatan itu? Padahal ajah dan guru belum berani menentang pendapat umum. Dan sukar melepaskan dirinja daripada pengaruh didikannja sendiri. Sebab itu maka “plaat” pikiran dan pandangan hidupnjalah hanja jang dapat dialirkannja kepada putera dan muridnja. Didikan selama ini hanja didikan menurut, berfikir setjara fikiran orang lain, dan tidak berani atau tidak sanggup menjatakan pendirian sendiri.
Selama pendjadjahan, bangsa jang mendjadjah kita berusaha menekan pribadi kita supaya djangan tumbuh. Diberinja kita ilmu, tetapi keberanian kita dihambatnja. Sampai kepada hal jang berketjil-ketjil menimbulkan kesan berlama-lama kedalam fikiran kita bahwa kita tidak sanggup, tidak tjakap mendapi barang sesuatu. Meskipun bangsa kita telah diberi bergelar-gelar “arts, Mr, Dr, Ir” dan lain-lain. Dalam pembahagian pangkat jang bertanggungjawab, bangsa kita tidak mendapat kepertjajaan. Setinggi-tinggi pangkat bangsa Indonesia, Regent atau Demang! Walaupun bagaimana tua dan banjak pengalamannja, dia tidak dapat mengatasi kedudukan sesorang Kontelir! Maka kelihatanlah dalam kantor2, orang2 jang telah kehilangan pribadi dan kehilangan tjita-tjita. Suburlah djiwa budak, jang tjita-tjitanja tidak lain hanjalah pensiun dihari tua. Untuk itu dia bersedia menderita kehinaan dan tekanan.

(2) Djiwa rakjat jang telah sangat menderita itu nistjaca menimbulkan pribadi jang besar2, jang sanggup mentjabik dan merobek segala dinding jang mengurungnja. Pribadi jang besarlah jang menimbulkan kebangsaan, dan keteguhan bangsa itu pulalah jang memupuk pribadi.

(3) Negara dan bangsa jang merdeka, menumbuhkan kemerdekaan pribadi djuga. Orang menerima akan pembahagian pekerdjaannja dengan rela. Biar dia mendjadi seorang supir oto, tukang betja, djualan sajur; tidak dirasainja ada manusia jang menekannja. Segala kewadjiban itu akan dilaksanakannja dengan penuh tanggung-djawab. Dia jakin bahwassanja pekerdjaan jang lain tidak akan selesai, sekiranja pekerdjaannja itu tidak selesai pula. Dia adalah anggota dari satu bangsa besar, dan kumpulan segenap pribadi, itulah jang mendjelmakan pribadi bangsa.

YANG MENIMBULKAN PRIBADI:

Kelemahan dan kekuatan pribadi bukan sadja nampak pada seorang. Bahkan nampak djuga pada satu bangsa. Tiap2 bangsa itu mempunjai pula segi jang kuat dari kepribadiannja dan ada pula seginja jang lemah.

(2) Pribadi bangsa Djerman terkenal karena kehidupannja jang suka kepada kemiliteran dan kepada disiplin: demokrasinjapun bertali dengan “orang kuat”. Dalam seratus tahun dapat dilihat ta’lukannja orang Djerman kepada Federick von Prusen, Kaisar Wilheim II, Bismark dan Hitler.

(3) Pribadi bangsa Perantjis agak romatis, banjak menaruh harapan dan kaja dengan chajal.

(4) Pribadi bangsa Inggeris menaruh rasa kepertjaan jang tebal kepada diri sendiri, dan “benar atau salah adalah bangsaku” mau apa!

(5) Pribadi bangsa Amerika dibentuk oleh demokrasinja.

(6) Pribadi bangsa Belanda terkenal kerana teliti dan degil.

(7) Pribadi bangsa Tionghoa dinegeri kita terkenal dengan keradjinannja.

(8) Pribadi bangsa Arab di Indonesia, “baghaina fulus’, saja mau duit!

(9) Pribadi bangsa Djepang sebelum kalah, terkenal kerana kebersihan dan keangkuhannja.

(10) Bangsa Indonesia dizaman terdjajah terkenal, “sebagai satu bangsa jang sangat menderita!”. Tetapi setelah merdeka, terkenal sebagai suatu bangsa jang tahu harga diri dan hormat kepada tamunja.

(11) Pada orang sebangsapun ada terdapat perbedaan pribadi. Orang Minangkabau terkenal diperantauan sebagai pengadu untung dan terkenal dikampungnja sendiri “kerana adat”. Pribadi orang Atjeh terkenal fanatik agama. Orang Madura terkenal dengan “pisau belatinja”. Orang Bugis terkenal dengan kesukaannja belajar. Orang Menado dengan kebersihannja. Pribadi orang tani, orang kota! Orang didikan Belanda dan orang didikan surau. Orang kaja usaha sendiri dizaman tenang, berbeda pribadinja dengan orang kaja kerana beroleh pusaka besar.

(12) Pribadi orang seorang ada beberapa kelebihannja dari jang lain dan ada pula kekurangannja. Sukarno mempunjai pribadi jang penuh daja tarik. Hatta terkenal kerana keadilannja. Sjahrir terkenal dengan senjumnja jang mempunjai seribu arti. Hadji A. Salim dengan pribadinja jang tetap muda, walaupun badan sudah tua. Maka dengan mendengar suatu nama sadja, kita kenal kemana tjondong pribadinja.

(13) Ada pribadi jang selalu termuka, dan ada pribadi kesukaannja hanja jadi ekor; bukan djadi kepala. Ada pribadi “Tuan” dan ada pribadi “pendjundjung duli”.

(14) Pribadi bukan kepunjaan suatu bangsa sadja, atau satu golongan. Dan kadang2 orang seorang bisa mempunjai dua pribadi. Charles Chaplin mempunjai pribadi jang djauh bedanja dengan pribadi “Charlie Chaplin” dengan kaki pengkar, kumis pendek dan tjelana besar! Padahal orangnja jang seorang djua.

(15) Kadang2 terasa benar perbedaan pribadi djika orang dari suatu golongan bergaul dengan dari golongan jang lain. Semuanja mempunyai kesukaan sendiri, tjara sendiri, fikiran sendiri kebiasaan sendiri.

(16) Tjanggung dan kakulah orang, kalau dalam masjarakat jang seluas selebar ini, dengan berbagai matjam ragannja, kalau perbedaan itu tidak diperhatikannja. Sehingga singkatnja ukurannja. Dan lebih tjanggung lagi orang jang sengadja djadi “Pak Turut”, menenggelamkan pribadinja sendiri kedalam kebesaran pribadi orang lain.

JANG MENIMBULKAN PRIBADI:
Jang menimbulkan pribadi itu banjak. Kita ambil sadja disini pokok2 jang penting, jang tidak boleh tidak:
(i) Daja penarik
(ii) Tjerdik
(iii) Timbang rasa
(iv) Berani
(v) Bidjaksana
(vi) Baik pandangan
(vii) Tahu diri
(viii) Kesehatan badan
(ix) Bidjak
(x) Pertjaja kepada diri sendiri
(xi) Tenang

Daja Penarik:
Ada hendaknja pada kita suatu daja penarik, jang menjebabkan djiwa orang jang berdekat dengan kita tetap lekat, sehingga timbul perhubungan jang kekal. Tidak karena dipaksa-paksa dan dibuat-buat. Lojang sepuhan, lama-kelamaan akan kembali djuga kepada warnanja jang asli.

(2) Dengan dudi yang tinggi, kesopanan, ilmu pengetahuan jang luas kesanggupan menahan hati pada perkara jang belum disemupakati; dengan ketjerdasan ketjepatan menarik kesimpulan, kebagusan susun kata, kepadaian mendjaga perasaan orang dan kesanggupan menenggang.

(3) Kumpulan sifat dan kelebihan itu menimbulkan daja penarik. Hal itu dapat dipeladjari dengan pergaulan jang luas, dan ada djuga karena dipusakai. Pendidikan ibu, bapa, sekolah, teman sedjawat dan lingkungan masjarakat, semunja itu ialag guru jang membentuk daja penarik. Kuanja atau lemahnja.

(4) Ada orang, jang mulai kelihatan sadja rupanja, sudah menarik hati kita; tetapi setelah bertukar fikiran, njata dimana kekuranganja.

(5) Sebalinja ada orang mula2 kita lihat, telah menimbulkan rasa bentji, dan setelah bertukar fikiran iapun membangkitkan penghargaan. Kita dengar keburukan seseorang dari musuhnja. Kita belum dapat meletakkan hukuman, buruk atau baik, sebelum kita sendiri mendekatinja. Kata musuh pajah jang adil!

(6) Lemah lembut, tetapi bukan diartikan menerima sadja. Lunak, tetapi tidak lekas berkisar dari suatu pendirian, dan djudjur dalam perkara jang belum diketahui. Tegas! Banjak perkara sulit jang dapat diselesaikan dengan mudah, kerana kelapangan dada menghadapinja dan tidak gegabah. Dengan kekuatan djiwa sadja banjak maksud jang dapat dihasilkan karena jang mengurusnja mempunjai daja penarik.

(7) Dalam tahun 1931 sangat hebat pertentangan diantara pihak Islam dengan al-marhum Dr. Sutomo. Kerana beliua menjatakan pendapat bahwasanja terbuang keDigul kerana suatu pendirian, djauh lebih utama dari pada naik hadji ke Mekah, kalau hanja turut-turutan.

(8) Saja sudah turut bentji kepadanja kerana pengaruh kebentjian orang banjak. Ketika ada sampai di Surabaja dan menjatakan niat kepada seorang teman hendak pergi kepada dokter itu, teman itu menasehatkan, bahwasanja kalau sekiranja kebentjian tuan kepadanja hanja kerana turut-turutan, saja pertjaja tuan akan tertarik bila telah bertemu dan bertjakap-tjakap dengan dia. Budinja tinggi. Sebab itu kalau maksud tuan hendak terus bentji djuga, djanganlah mendekat kepadanja. Demikian kata teman itu.

(9) Sebab itu maka orang jang ketjil djiwanja dan sempit hainja, kalau dia kebetulan mendapat tempat pada pimpinan tau djadi ikutan orang banjak jang bodoh2, kerap kali mereka pengikutnja itu, djangan mendekati pemimpin lain jang mendjadi lawannja, dengan nasehat: “Djangan didekati orang itu, dia bidjak benar, dia tjerdik, nanti engkau tertaik olehnja”.

(10) Bung Karno adalah pemimpin jang mempunjai daja penarik luar biasa. Tiap2 orang jang berhubungan dengan beliau, merasa bahwa dirinjalah jang lebih karib dengan beliau.

(11) Pada waktu beliau ziarah ke Bukittinggi (1948), dia bertemu dengan seorang sahabat-lamnja jang pernah membantunja kektika kesusahan di Padang, waktu pemerintahan Belanda telah djatuh dan Djepang masuk. Kawan itulah jang membantunja pada waktu itu. Baharu sadja ia tiba diistana Bukittinggi, bertemulah ia dengan teman itu. Sungguh teman itu tidak menjangka bahwa Bung Karno akan menjapanja lebih dahulu; dengan matanja jang bulat dan telunjuknja jang runtjing itu dia berkata dihadapan orang banjak kepadanja: “Namamu tuan si anu! Saja tidak lupa, tuanlah jang membantu saja di Padang waktu sengsara dahulu!”

(12) Dapatkah tuan merasakan, bagaimana perasaan orang jang disapa begitu, oleh presiden, dihadapan chalajak ramai?

(13) Waktu dia dalam pendjara Sukamiskin dahulu ada pula seorang lain jang sama terpendjara dengan dia. Orang ketjil biasa sadja. Dia kerap bertjengkerama dengan Bung Karno. Waktu Bung Karno sampai di Bukittinggi itu djuga, oarng itu datang dari Sibolga sengadja menemui dia kan meminta tanda mata sedikit, tanda persahabatan jang telah bertahun-tahun, jaitu “tandatangan” Bung Karno. Bung Karnoa tidak keberatan. Dan hal itu tjukup sudah akan menarik orang itu, agar tjinta kepada Presiden selama-lamanja.

(14) Dia pulang ke Sibolga, dengan gemmbira dan terharu. Selama hidup agaknja dia tidak akan melupakan Bung Karno.

Tjerdik:
Tjerdik dan tjepat berfikir, tidak bermenung-menung sadja, kerenjut kening dalam-dalam sehingga orang harus menunggu lama2.

(2) Banjak orang jang pintar dan banjak persediaan pikiranja, tetapi tidak tjepat menangkap pikiran dan mengetahui tudjuan orang lain, tidak lekas mengerti. Orang jang demikian bukan orang tjerdik, walaupun banjak pengetahuannja, pribadinja tidak menarik, bahkan mermbosankan.

(3) Orang perempuanpun demikian pula. Banjak perempuan jang tjantik, pandai melagak, tapi tidak menarik perhatian. Ada djuga perempuan jang hanja sederhana sadja sifatnja, tetapi menawan hati, karena dalam perangainja itu nampak ketjerdikan dan ketjerdasan. Perempuan jang tidak mempunyai ketjerdikan dan tidak tjepat mengetahui maksud orang, adalah seumpama sebuah pigura bagus bingkainja, tetapi lukisanja tidak hidup, tidak berseni.

(4) Tjerdas dan tjerdik amat besar pengaruhnja akan menimbulkan pribadi manusia. Itulah jang lebih banjak mengutamakan orang dalam pergaulan hidup. Orang bodoh, tolol, damban, lambat mengerti, menjebabkan pribadi tidak mendapat penghargaan. Itu pula kadang2 jang menjebabkan mudah berbuat kedjahatan. Perhatikan raut muka pendjahat, atau orang pandir; nampak disana kelemahan akal. Pribadi orang tjerdas njata pada tjara mengeluarkan kata2 memperginakan fikiran dan perasaan, berfikir tersusun, bermanthik.

(5) Iman Gahzali berkata: "Siapa jang berfikir tidak bermanthik, ilmunja tidak dapat dipertjajai!"

(6) Suatu djawab pertanjaan jang tegas djitu, ketika orang menanjakan suatu perkara jang sulit, lama sekali akan hil;ang dari ingatan orang.

(7) Orang bertanja kepada Abdullah bin Abbas, paman nabi Muhammad s.a.w: "Mana tuan jang besar dengan nabi Muhammad?" Beliau menjawab: "Dia lebih besar dari pada saja, tetapi saja lebih dahulku lahir dari dia".

(8) Ada pula yang bertanja kepada Ali bin Abi Thalib: "berepa lama peredjalana dari masjrik ke maghrib?". Djawab beliau dengan tjepat: "Sehari bagi matahari".

(9) Orang itu bertanja pula: "Berapa ribu tahun perdjalanan dari bumi kelangit pulang pergi?" Beliau mendjawab: "Hanja satu detik sadja bagi do'a jang mustadjab".

(10) Ketjerdikan P.M Perantjis Arstide Briand:

Sesudah perang Eropah jang pertama, meskipun Perantjis termasuk negeri jang menang, namun kemelut ekonomi sangatlah mempengaruhi masjarakat Perantjis. Maka naiklah Asrtide Briand menjadi Perdana Menteri, seorang negarawan Eropah jang amat uliung. Maka terdjadilah dimasa pemerintahanja itu, pemogokan buruh kereta-api, kerana meminta kenaikan gadji. 150,000 buruh mogok. Dan parlemen belum masnja untuk bersidang.

(i) Dengan tjepat Perdana Menteri itu mengambil sikap luar biasa, jaitu menjatkan undang2 "negara dalam bahja" dan mengadakan mobilisasi umum, sehingga dengan tjara demikian pemogokan dapat ditindas. Beberapa lama kemudian dipanggilnjalah parleman bersidang. baharu sadja ia naik keatas mimbar untuk mempertahankan kebidjaksanaan pemerintahanja, kedengaran sorak-sorak dari pihak oposisi: "Runtuhlah diktaktor! Runtuhlah tangan besi!".

(ii) Maka dari atasimbar jang tinggi itu ia melihat dengan tenangnja kepada barisan oposisi itu, kemudian dipalingnja pula matanja kepada segala anggota parlemen, ditantanginja seorang demi seorang dengan sikap jang tenang, sehingga kian lama-lantaran tenangnja itu-kian heninglah suara sorak kaum oposisi. Melihat madjelis telah tenang, diapun memulai pidatonja dengan tenang pula sambil mengeleng-gelengkan kepala: "Diktator kata tuan2? Begini berat kewadjiban jang telah kupikul, didalam usai jang telah meningkat tinggi, untuk tanah air jang kutjitai. Tidak lebih baiklah, kalau tuan2 utjapkan sadja satu kalimat, satu kalimatpun tjukuplah, satu isjaratpun djadi! Menurut saja turun dari atas mimbar ini dan meletakkan djabatan saja! Supaya naik jang lebih tjakap menghadapi kesulitan ini. Maka saja berdjanji akan mengikuti perintahnja dengan tidak menjesal sedikit pun. Saja akan duduk kembali keatas kursi saja jang dahulu, akan duduk bersama tuan-tuan, mendjadi seorang pelajan ketjil tanah Perantjis jang tertjinta ini! Sangka tuan2 hanja denag tjara jang begitu sadjakah menghadapi soal jang amat besar ini? Kesulitan ini djauh lebih besar dari apa jang tuan pikirkan!...."

(iii) Tiba-tiba madjelis mendjadi tambah hening, suara kaum oposisi tidak dapat dinaikan lagi. Sikap djudjur dan sungguh-sungguh dengan sendirinja telah memikat dan menaklukkan hati parleman seluruhnja, bahkan hati ketjil kaum oposisi sendiri djuga. Dia sengadja berhenti berbitjara beberapa detik, seakan-akan meminta keputusan jang tegas dari parlemen. Maka kedengaranlah suara: "Terus! terus!"

(iv) Setelah djelas masuknja pengaruh pembitjaraan itu, dan kaum oposisi tidak sanggup berteriak lagi barulah pembitjaraannja diteruskannja. Diterangkannja sebab-sebab dia mengambil sikap sekeras itu, dengan alasan tjukup dengan manthik jang kuat dan ditjampur pula daja penarik jang lain, jaitu kekuatan susunan perintahnja. Dianatar bitjacarnja: " Kalau tidak saja perintahkan mobilisasi umum, akan banjaklah darah tertumpah".

(v) Apa kesanja? Hikmat kebidjaksanaanja diterima oleh parlemen. Pemerintah mendapat mosi kepertjajaan dan kedudukannja teguh kembali. Kaum oposisi harus mentjari bahan jang lain pula kalau akan menumbangkan dia.

(vi) Riwayat Briand itu tertulis dalam sedjarah parlemen dan demokrasi Perantjis tinta-air-mas.

(11) Mr. Llyod P.M Inggeris

Jang hampir serupa dengan itu djuga ialah jang mengenai Mr. Lloyd George, Perdana menteri Inggeris dalam perang dunnia pertama. Diapun seorang jang tjepat berfikir,djitu mendjawab, sehingga lawanja tidak bisa bangun lagi apabila kena tikan djawapnja> Pada suatu hari ketika diadakan pemilihan umum di Inggeris dia mengadakan kampanje untuk mem,ilih dirinja dikota-kota besar Inggeris, maka datanglah seorang pendengar jang rupanja masuk golongan musuh politiknja. Disinggungnja benar perasaan Llyod George, jang kalau alang kepalang dapat menimbulkan marahnja dan mendjatuhkan martabatnja. Katanja: "Tuan! Masih ingatkah tuan sekarang, bahwa ajah tuan dahulu seorang tukang pedati tolak? Dimana pedati itu sekarang dan dimana keledainja?"

"Terima kasih, tuan!" djawap Llyod George dengan tjepat....Sudah lama hal itu lampau, sehingga saja sudah lupa dimana gerangan pedati itu. Adapun keledainja baru hari inilah saja dapat kembali, dalam madjelis ini. Sjukur tuan bertanja!"

(12) Almarhum Hadji A. Salim

Adalakah dalam kalangan orang2 besar Indonesia orang jang seperti itu atau lebih dari itu? Ada!

almarhum Hadji A. Salim terkenal ketjepatanja berfikir. Pada suatu hari-dizaman pendjajahan-dia bertjakap2 dengan seoranbg bangsa Belanda tentang bahasa Indonesia. Belanda itu mengatakan bahwa bahasa Indonesia hanja bahasa djongos2. Bahasa itu tidak akan sanggup dipakai untuk ilmu-pengetahuan.

"Bisa! Kenapa tidak?" tukas Hadji A. Salim. "Kata-kata "politik" apa bahasa Indonesianja?". Beliau mendjawap dengan tjepat sekali: "Terdjemahlah dahulu kedalam bahasa Belanda nanti saja terdjemahkan kedalam bahasa Indonesia setjepat itu pula". Belanda itu terdiam.

Beberapa tahun jang telah lalu-dalam zaman djadjahan djuga-beliau mengadakan pidato dalam suatu rapat umum di Djokja. Pemuda2 jang bentji kepada pendirian politiknja, baru sadja dia naik mimbar sudah mengembek-ngembek sperti kambing. Sebab beliau berdanggut! Djadi beliau hendak diserupakan dengan kambing!

Setjepat itu pula beliau berkata kepada ketua rapat: "Ini adalah rapat manusia, tuan ketua! Harap tuan ketua halauan kambing-kambing itu keluar!". Maka setjepat kilat beralihlah kambing kepada jang mengembek itu sendiri, terhindar dari pada jang berdjanggut!

Timbang Rasa
Tiap2 orang tidfak ada ketjualinja, ada kesukaannja dan ada pula yang tidak disukainja. Barang jang disukai atau tidak disukai itu dibentuk djuga oleh...

Terasi, Simunjan, Sarawak
25 Okt., 2010

#Abdullah Chek Sahamat

Writing that complies Bizarre, Odd, Strange, Out of box facts about the stuff going around my world which you may find hard to believe and understand

0 comments:

Copyright © 2010 abc sadong™ is a registered trademark.

Designed by Access. Hosted on Blogger Platform.