.

4/3/16 MERAIKAN PENCIPTAAN TERPILIH.... celebrating the choosen position.

Posted By: Abdullah Chek Sahamat - March 20, 2016

Share

& Comment

Siapapun seseorang manusia, dia adalah insan terpilih. Setiap seorang dari kita adalah kejadian yang terpilih; the selected one. Cuba fikirkan, seorang lelaki, pasti akan mencapai usia baligh pada umuran 14-15 tahunan. Sebegitu juga anak gadis, mungkin sekitaran umuran 13 tahunan. Katakan usia menikah purata anak-anak gadis kini adalah 20 tahunan, maka dari usia 13 sehingga 20 tahun, selama lapan tahun dia pasti telah mengeluarkan ovum sebanyak sekitar 96 biji. Dalam tempoh setahun, setidak-tidak kebarangkalian bahawa ovumnya harus tersenyawakan jika dia menikah adalah 1/12. Cuba lihat pula pada seorang lelaki yang baligh. Sekali semperotan spermanya mengandungi sekitar 3.00-5.00 juta ekor spermatozoa. Lelaki sihat dan muda, dia mampu menghasilkan sekurang-kurang 2-3 semprotan spermatozoa seminggu, atau 4-12 kali sebulan, dan pastinya 48-144 kali setahun. Jika dihitung jumlah spermatozoannya, maka seseorang lelaki baligh muda yang sihat pasti menghasilkan 144-720 juta ekor spermatozoa setahun. Secara umun, hanya seekor spermatozoa bisa mensenyawakan sebiji ovum. Ini bermaksud, kebarangkalian untuk seekor spermatozoa untuk bersenyawa dengan sebiji ovum cuma pada kadar peluang 1/12x1/144x10^-6 atau 5.8X10^-10. Suatu nilai, yang boleh dikatakan sangat mustahil untuk terjadi. Itu jika dikira bila mana sampai saja waktu baligh, maka menikahlah manusia itu. Jika tidak, contoh atas faktor sosio-ekonomi, manusia baligh hanya menikah pada umuran 20-30 tahunan, maka kebarangkalian persenyawaan ovum dan sperma pasti menjadi semakin kecil. Persenyawaan ibarat tidak akan pernah terjadi. Namun, dengan kebesaran kuasa Allah, ianya terjadi. Lantas, berasaskan penilaian statistik mudah ini, maka siapapun manusia adalah istimewa dan terpilih. Setiap insan adalah pilihan sempurna Allah.

Human normally achieves their puberty at the age around 13-15 years old. A puberty girl will produce at least 12 ovum a year. Thus the probability for an ovum to be fertilize, if she get married at time of puberty would be 1/12. While a puberty boy, at one ejaculation, he may produce 3-5 million sperms. A healthy young man could produce 2-3 ejaculations a week,  meaning in a year he is able to produce about 144-720 million of spermatozoa. Under normal circumstances, only one sperm is successful to fertilize an ovum, such the success probability of a sperm is only about 1/144,000,000 or 6.94x10^-9. Thus for the fusion of an ovum and a sperm to happen in a married couple will be at 1/12x1/144X10^-6 which is equal to 5.8x10^-10 which statistically very negligible. Such if immediately upon puberty man and woman are married, but today people mostly getting married at the age of 20-30 years old. Thus the fusion probability for the ovum and sperm is very very insignificant. Yet, the Al Mighty Allah, despite of the impossibility, He still made man to exist. Man, every man, doesn't matter who he is, indeed is a very specially chosen Allah creation. Man is chosen to be created out of 5.8x10^-10 of chances.

(2) Cuba pula bayangkan, kebarangkalian untuk seorang rakyat Malaysia untuk menjadi Perdana Menteri (PM) sepertinya Mahathir dan Najib. Terdapat 30 juta rakyat Malaysia. Ini bermaksud setiap rakyat Malaysia hanya mempunyai 1/3x10^6 atau 3.33X10^-7 peluang untuk menjadi PM. Jika ditinjau dari kedudukan biasa seorang manusia, peluang kelahirannya hanyalah 5.8x10^-10 sedang kebarangkalian sebagai rakyat Malaysia untuk menjadi PM adalah 3.33x10^-7, maka sebagai manusia biasa pastinya kebarangkalian untuk dia lahir menjadi PM adalah 5.8x3.33x10^-17 ie 1.81x10^-16, suatu angka yang menunjukkan kemungkinan yang mustahil. Maka benarlah, Mahathir atau Najib, adalah manusia sangat terpilih untuk menjadi PM. Allah dengan kuasa yang ada padaNya, memilih Mahathir atau Najib pada waktunya sebagai PM. Mereka adalah contoh manusia terpilih, istimewa. Namun tidaklah bermaksud, hanya dengan menjadi PM maka baru sesiapa dikira sangat istimewa. Juga tidak semestinya yang terpilih jadi PM, adalah PM yang terbaik. Allah menetapkan Mahathir jadi PM pada kudrat dan tujuan yang Dia kehendaki. Sebegitu juga bagi Najib. Kita harus sedar, Al Quran jelas mengingatkan kita betapa Segala pemberianNya adalah sekadar ujian keImanan buat sesiapaun. Hanya Iman dan akal akan menentukan keredhaan Allah atas apapun akhirnya. Down syndrome, Albino dsb juga adalah manusia terpilih. Allah memilih kita pada kudrat kita, adalah pada tujuan yang hanya Dia mengerti maksud akhir dan ganjarannya..

(2b) What would be one's probability to be born say as the Prime Minister (PM) of Malaysia. Indeed, a Malaysian has 1/3x10^-6 chance to be a PM. Only one in 30 million is to be the PM. Thus, if one chance to be born is only 5.8x10^-10, then for the same person to be the PM would only with a chance of 1.81x10^-16. Actually almost zero. But again with the the almighty power that Allah has, He easily made either Mahathir or Najib as the PM. Both were given a 1.0 probability. Indeed, for one to be born and thus able to make it say to the position of a PM, he is indeed Allah chosen one. But it doesn't at all means that if only one becoming a PM then he is a selected one. Even then it is not necessarily the PM's person will be the best. Allah had chosen Mahathir to be the PM for a purpose He had designed. The same for Najib. Both were chosen fit for their existence purposes. To me as Allah had clearly said in the Al Quran He gives us what we has to has for a merely testing of our piety upon Him. Only our piety and conscious mind will take us to His blessed deed. Everyone of us is special to Allah created purposes. Even being born Down Syndrome, Albino, Blind etc all are specially selected by Allah.

(3) Jika kita cukup prihatin dan suka berfikir, kita akan lihat Yusuf AS hadir di saat Mesir akan dilanda malapekata kebuluran. Dengan adanya Yusuf AS, maka Firaun dapat menyelamatkan rakyat Mesir dari musibah dahsat. Sebegitu juga, Musa AS hadir di saat genting bagi umat Yahudi. Tanpa adanya Musa AS, mungkin Yahudi akan pupus. Sebegitu juga, di saat Yahudi kian terpesong, maka Allah hadirkan Isa AS. Cuma Isa AS gagal meluruskan Yahudi, tetapi kehadiran Isa AS telah membangkitkan kegemilangan Eropah. Sebegitulah Allah menentapkan khalifah di kalangan sesuatu kaum. Mahathir wujud di saat Melayu sedang ghairah untuk berebut kekayaan Negara. Mahathir menjadi penerus usaha memartabatkan Melayu. Mungkin Mahathir sengaja Allah ciptakan sebagai pembuktian betapa kegagalan akan sentiasa memburu kita bila kita tidak memilih berlaku saksama. Namun Najib mungkin lain fungsiannya. Dia Allah mungkin adakan sebagai garis pemisah antara membina Negara secara Islam atau Kapitalis tulin. Najib juga pada pendapat saya mungkin Allah akan jadikan sebagai bahan kajian Melayu untuk sedar betapa jalan lurus jangan sesekali dibauri haloba. Maka Mahathir dan Najib serta siapapun tetap istimewa pada tujuan Allah menciptakannya. Cuma akal yang waras dan Iman yang kental dapat melihat di mana yang lurus dan terbaik.

(3b) Indeed everyone that Allah created is special and selected for his purpose. Let see how timely and best fit the presence of Joseph AS in the Pharaoh era. His presence was with a special purpose ie to save Egypt from disastrous famine. Accordingly, the presence of Moses AS thereafter, without whom, I believe, there will be no Jew to this day. Allah made Moses AS to save the Jews. Moses was the messiah for the Jews to be slaughtered by the Pharaoh. The same then with the presence of Isa AS. He was meant to guide the Jews back to the true Allah path. He was the Jews messiah, but he failed. Despite so, Isa AS which then being transformed into Jesus Christ had inspired the Western Renaissance. Such indeed how Allah had made everyone, especially among the leaders someone to be specially selected. Mahathir for instance was and is presence at time where the Malays had to work hard to have their fair economic share. He was born to continue the struggle to empower the Malays. I believe, he may be a tool created by Allah to imply, managing a plural society is not about who take most, but accountability and fairness in the overall systems. Mahathir might be created to display a fail show case for not building the accountable just path in the governance system. It is the same with Najib. He I would assumed is presence as a meant for the Malays to clearly judge the line between governing the State in pure Capitalist or Islamic way. Najib may be another show case failure, where the true path is mixed up with greed in managing the State. Thus doesn't matter whoever one is, he indeed is special and a selected one for his created purposes. Only with great piety and shrap thinking one's would be able to see which is the rightful path to choose and follow.

(4) Al Quran jelas membicarakan betapa manusia tercipta dari bahan-bahan kotor. Bermula dari tanah dan debu, kemudian dari segumpal darah hanyir. Sepertinya, di satu sudut, manusia digambarkan sebagai sangat istimewa, ie terpilih satu dari 5.8X10^-10 kebarangkalian untuk dilahirkan, namun di sudut lain Al Quran menjelaskan sebaliknya, ie tercipta dari bahan jijik. Kenapa? Begitu juga Al Quran dengan tegas menyatakan, dari Allah dan hanya kepada Allah manusia akan kembali. Dari kebarangkalian yang telah saya nyatakan di atas, pernyataan ini adalah jelas pembuktiannya ie dengan kebarangkalian terjadi yang sebegitu tipis, tetap Allah boleh menciptkan manusia, maka tiada masalah bagiNya juga untuk memulangkan kita ke juzuk sebermula kejadian kita iaitu sebagai bahan jijik yang hanyir, bangkai membusuk tiada erti. Maka bagi sesiapa yang berIman kepada Allah, seharusnya kita sedar betapa kejayaan hidupnya itu sangat tergantung kepada setakat mana kita telah menunaikan tanggungjawab tentang keberadaannya. Pokoknya, Allah mencipta sesiapa pada tujuan istimewa yang dia telah ditetapkan. Pada seseorang manusia, sesungguhnya Allah hanya melihat pada amal kebaikannnya. Allah tidak melihat siapa akan dia, dan apa kehebatan pribadinya. Yang mendekatan manusia kepada Allah adalah amalnya. Tidak lain dan tidak kurang.  Prihal ini tidak sukar untuk dimengertikan. Soalnya, manusia sudah kian alpa untuk memerhati dan berfikir.

(4b) Allah says, He created us from dust and clay. Such statement seem to contradict to what I had presented above, whereby man creation is one in 5.8x10^-10 chances ie is based on the best selection. Yet his creation the Al Quran seem to portray came from dirty substances. Why is there seem a contradictory notion? He also emphasizes, from Him we came, and to Him we will return. These statements of the Al Quran are never in contradiction. The probability statitic as I had said, is a proof of how from impossibility, yet Allah still can create the human being. His creation is not from something that is superior, but from substance of very dirty in nature. It signifies, Allah Almighty power is beyond one's mind can grasp. Thus these notions, from the spiritual perspective, then one should be having no issue to understand then that in the eyes of Allah, He indeed expecting one's success should strictly be based on His predetermined purpose of creation. Such notions are nothing but to remind one that one is nothing, but a mere slave of Allah. What Allah expect out of His human creation is very clear. He expect nothing more than one's good deed. He expects not one's material success or even expertise excellent. He needs no gain in what so ever forms from His human existence, He just needs one's to submit to his purpose of existence.  His amal is waht matter. Nothing less nothing more. Indeed such is not deifficult to comprehend, just most are not observing and thinking hard enough.

(4) Manusia kini, seperti kian melupakan Sejarah. Ambil saja satu bidang yang menjadi kegilaan manusia kini, iaitu pemakaian. Manusia,. khususnya kaum wanita sangat gilakan fesyen pemakaian. Kegilaan kaum wanita kepada unsur-unsur sebegitu akhirnya meleret-leret mengheret kaum lelaki untuk sama-sama gila. Sebermula dari pakaian, maka kegilaannya meleret-leret sehingga kepada yang bukan menjadi haknya. Sebetulnya, sejarah pemakaian manusia adalah menifestasi jelas betapa manusia sedari awal sudah mengerti betapa kehebatan dirinya bukan sesuatu yang ada harga di sisi Allah, Tuhan. Pakaian hanyalah penutup tubuhnya yang terbuat dari kotoran. Tiada apa sebetulnya di balik pakaian itu. Maka. cuba lihat pada Temaddun Yunani (Greek). Di zaman itu iaitu sekitar 3,000-5,000 tahun sebelum kebangkitan semula Islam di dunia Arab, betapa manusia telah mengakui, dirinya tidak perlu apa-apa selain mengabdi kepada Allah. Pada waktu itu, biar Maharaja Greek sekalipun, pakaiannya hanyalah selempang kain putih bersih. Socrates pemikir hebat juga pahlawan perang Yunani, pakaiannya cuma selempang kain putih. Sebegitu jugalah pakaian rasmi para ahli Senat Latin (Roman). Bahkan sebegitulah pemakaian Plato dan Aristotle. Juga cuba ingat, betapa Gautama Buddha sanggup meninggalkan kemewahan istana, mundar mandir mencari ilham untuk memperbaiki martabat bangsa bukan dengan kemewahan namun dengan segala unsur-unsur murahan. Buddha menyemai keinsafan tinggi pada masyarakat bobroknya dengan jalan penuh rendah diri dan kemiskinan. Sama halnya dengan Confucius. Dia tidak kelihatan bermewah untuk menghujah segala falsafah hidup yang baik-baik. Tidakkah Mahatma Ghandi memperjuangkan kemerdekaan India yang kemudian menjadi ilham perjuangan yang sama bagi Asian dengan bersikap miskin bersih? Sesungguhnya, lihatlah pada pakaian para Rabbi Yahudi, Paderi Nasrani, biar Hakim Mahkamah di mana-mana di dunia, bagaimanakah rupa pakaian mereka. Semua, sekadar selempang kain putih. Tidakkah manusia kini mahu memerhati dan berfikir, betapa selempang kain putih adalah pakaian rasmi yang tubuh kita hanya perlukan. Selain itu adalah pakaian nafsu belaka. Sesungguhnya, dari saat mula kelahiran, manusia hanya dibungkus dengan kain putih, maka bila mati mayat manusia juga hanya dibungkus kain putih. Tidakkah otak waras dalam berfikir manusia, tidak mahu mengerti betapa secara azali tubuh kita ini mengakui dirinya tiada nilai, hanya jasad dari juzuk kotor, akan jadi bangkai jijik, tidak perlu dibaluti segala kemewahan yang penting jasad tubuh selagi hidup, berbakti sajalah pada tuntutan Allah agar kita menjadi khalifah. Wajah berseri, tubuh segar sihat, keharuman nama semerbak hanyalah kerana amal bakti yang luhur.

(5) Natijahnya, kebarangkalian kejadian kita yang terlalu tipis, namun tetap dengan kuasa Allah, Dia menjadikan kita dengan mudah lewat hanya lafaz Kun Faya KunNya biar peluang untuk kita jadi hanyalah 5.8x10^-10 iaitu bernilai. 0.000,000,000,58 peratus sahaja. Kita adalah pilihan istimewa jika dilihat dari sudut statistik kebarangkalian kejadian tersebut. Namun keistimewaan kita itu punya tujuan yang jelas. Setiap kita Allah telah tetapkan menjadi khalifah. Setiap kita adalah terpilih dari 5.8x10^-10 kermungkinan persenyawaan ovum dan sperma. Kita ibarat terpilih dari sejumlah 58, 000,000,000 manusia untuk menjadi khalifah. Satu dari 58 billion manusia. Betapa istimewa kedudukan kita Allah telah tetapkan iaitu sebagai khalifah. Kekahlifahan kita datang dalam berbagai bentuk dan kedudukan. Seorang pemungut sampahpun punya darjat khalifahnya yang tersendiri. Maka sebagai khalifah, Allah tidak melihat pada kehebatan pribadi kita. Kegagahan kita tidak penting. Pangkat kita tidak penting. Darjah kebesaran kita tidak penting. Kekayaan kita tidak penting. Ilmu kita tidak penting. Yang penting, bagaimana semua itu boleh berubah menjadi amal bakti kita. Allah hanya mahukan amal mulia kita. Allah hanya perlukan kita menunaikan tanggungjawab kita sebagai khalifah pada kedudukan kita, sebagai jaminan untuk kita menikmati rahmat agungNya kelak di Syurga. Maka atas kefahaman sebegitu, saya juga bertanggapan ilham para Toaism malah Sains Psyho-path Barat, melihat Chi dan segala macam Inner Energy itu sebetulnya adalah ilham yang Allah hadirkan kepada mereka untuk sujud beramal bakti, bukan menghambat kehebatan yang Allah tidak perlukan. Sesungguhnya amal yang mulia, pasti jadi bekal Chi dan Inner Energy untuk manusia hidup kekal bahagia di Syurga kelak. Selain amal, yang lainnya tiada guna di sisi Allah. Untuk mengingatkan manusia tentang itu, maka sebab itu Al Quran (malah Injil, Taurah dan Zabur) terus-terus mengingatkan kita betapa tubuh kita tiada maknanya. Ianya sekadar juzuk yang kelak akan membusuk jijik kotor. Yang utama adalah amal bakti kita. Maka perhiasan paling baik adalah amal, bukan pakaian kekayaan kebijaksanaan. Segala sumber kebendaan dan ilmu Allah berikan kepada kita, namun itu sekadar pemberianNya agar kita boleh beramal dengan terbaik.

(6) Sangat malanglah dengan kebarangkalian statistik 5.8x10^-10 Allah angkat kita dari juzuk jijik menjadi insan mulia, kita terkeliru antara tuntutan tugasan khalifah zuhud Allah ke atas kita dengan kemudahan yang Dia berikan agar kita tetap terus mulia. Manusia rata-rata lalai untuk menikmati sendiri-sendiri kemudahan yang Dia bekalkan untuk bekal Chi dan Inner Energy buat kita di akhirat kelak dari mengguna semua itu untuk amal bakti sempurna. Manusia sering memandang rezeki dari Allah adalah hasil usaha keringatnya. Manusia lalai, tidak melihat itu sebagai cara Allah untuk memudahcara agar kita lebih beramal bakti. Saat rezeki datang melimpah, kita sudah kian berfikir untuk menikmati rezeki itu dan tidak menafaatkannya untuk kebaikan lebih banyak ummah. Ibarat anak kecil bila diberikan baldi, dari baldi diguna untuk mencebok air bagi membersihkan dirinya, anak itu menggunakan baldi untuk bermain sembunyi-sembunyi cat and mouse.

(7) Sungguh, betapa sialnya Melayu, jika Mahathir dan Najib, pada keistimewaan pada kebarangkalian manusia Melayu cuma berpunya 1/18x10^-6 x 5.8x10^-10 atau 5.56x10^-18 sedang mereka telah Allah anugerahkan dengan kebarangkalian 1.0 untuk menjadi Perdana Menteri, Khalifah Besar Melayu dan Malaysia  JIKKA mereka adalah khalifah besar yang membawa kebobrokan Melayu apa lagi mencoret arang di muka Islam dengan segala prilaku bohong, culas, khianat, menindas, rasuah dan segala kemungkaran demi menghias jazad mereka yang kemudian akan membusuk tiada berguna. Genjala kehidupan Melayu yang melebihkan politik dari nilai-nilai kekhalifahan sebenar, adalah suatu yang Melayu harus renung dalam-dalam tentang di mana silap cara berfikir dan bertindaknya kita. Pemimpin Melayu, biar siapa dan pada kedudukan apapun mereka, biar PM juga penyelia cuci jamban, mereka harus insaf tentang penanggulan watak zuhud sebagaimana yang Muhammad SAW telah tunjukkan. Zuhud Muhammad SAW adalah sifat kebendaan mulia tuntutan Allah bukan hanya kepadanya, tetapi telah Allah ilhamkan jauh terdahulu biar di Yunani, Latin, Hindi dan bahkan China, Babylon dan Nile. Selagi zuhud adalah pegangan khalifah manusia, maka gemilanglah umatnya.  Allah, sungguh MahaAdil, biar Barat tidak berIman kepadaNya, mereka tetap mahlukNya, Dia tetap berlaku MahaPengasih dan MahaPenyayang kepada mereka sebagai teladan buat umat Melayu dan Islam, betapa mereka telah menjadikan the Greek and Roman Culture menjadi asas ketemadun mereka, maka terjadilah apa kini yang kita lihat seperti kebangkitan dan penguatan nilai-nilai Islam adalah di Barat sedang keruntuhan niai-nilai Islam sedang hebat melanda di Timur the strengthening of the Islamic values are in the West, while the Islamic values are corupted and deterioting fast in the East. Anih, tetapi benar, lantaran Barat mengerti untuk meraikan keistimewaan mereka sedang Timur sedang mungkar di atas keistimewaan mereka, maka Barat terus-terusan mendapat rahmat Allah dan Timur terutama di dunia Islam, kebangsatan kian melanda. Melayu, menghargai tubuh sebagai lambang kejayaan, sedang Barat meraikan sumbangan terhadap masyarakat social contribution sebagai keistimewaan diri mereka. Sejarah awal manusia juga, banyak sudah lupakan. Amal Habil, diterima Allah lantaran kejujuran dan keikhlasannya, berbanding dengan amalan riak sombong Qabil. Allah tidak melihat Habil atau Qabil biar keduanya adalah anak Adam AS, tetapi Allah menyampaikan pesanan jelas, amal mulia penuh ikhlas adalah apa yang Dia mahu semua lalukan.

(7b) In the eyes of Allah, each man is suppose to be the caliph. A caliph can takes many positional forms and level. Being a caliph is to resume one's role of managing his subject to the best. To enable a caliph to function well, Allah equips one's with all the necessary resources to facilitate one's to achieve to his greatest contribution, deed or amal. It one's amal matter most to Allah. For such purpose, Allah indeed had made a very clear decree, that one's amal will be valued based on one's ability and honesty. For instance, a supervisor to garbage collection, his honest deed indeed can be equal to an aacountable honest Prime Minister. Both will be rewarded at par despite their positional differences. Such stance of Allah was well reflected in the very day of human creation where, He accept not the boasting sacrifice of Qabil, but the honest Habil, though both were the sons of Adam AS. Today, it is very sad to see, the West is moving fast into the Islamic fair and accountable governance, yet the Muslim East are drown in the corupted governance values. The West celebrate well Allah's gifts and creation upon them, yet the beloved East Muslims, they see Allah blessing from the very backward views. Astarfirullah Halazim.

Kuching, Sarawak
23 March, 2016

#Abdullah Chek Sahamat

Writing that complies Bizarre, Odd, Strange, Out of box facts about the stuff going around my world which you may find hard to believe and understand

0 comments:

Copyright © 2010 abc sadong™ is a registered trademark.

Designed by Access. Hosted on Blogger Platform.